Menahan Diri dari Kemunafikan

Nia Rahmawati 08 Maret 2021

Menahan Diri dari Kemunafikan

“Atau seperti (orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit, yang disertai kegelapan, petir, dan kilat. Mereka menyumpat telinga dengan jari-jarinya, (menghindari) suara petir itu karena takut mati. Allah meliputi orang-orang yang kafir.”

(QS. Al-Baqarah, 2 : 19)

Seseorang yang memiliki sifat munafik adalah orang yang bermuka dua dan orang yang sombong. Dengan kehendak Allah, mukmin sejati akan mampu mengetahui tabiat seperti itu. Kenyataan menjelaskan bahwa para rasul Allah diberi pengetahuan yang ditanamkan dalam diri mereka oleh Allah. Mereka mampu mengenali dan mengetahui orang-orang munafik yang menyembunyikan apa yang sebenarnya dipikirkan dengan bersikap munafik serta menampilkan jati diri yang berbeda dari yang sebenarnya.

Orang-orang munafik menunjukkan kemampuan bicara dan penampilannya. Meskipun orang-orang seperti ini tidak dapat dikenali oleh mukmin sejati, Allah mengetahui kepura-puraan dan ketidaktulusannya. Dia Maha Mendengar setiap ucapan dan kata-kata dan Dia Maha Melihat setiap tingkah lakunya. Allah menjelaskan pengetahuan-Nya ini dalam firman-Nya.

Oleh karena itulah, seseorang seharusnya tidak mendengarkan hasutan nafsunya. Ia seharusnya menyucikan diri dari segala macam sifat dan pemikiran yang mengarah pada kemunafikan untuk memperoleh keikhlasan. (Harun Yahya, Keikhlasan dalam Telaah Al-Qur’an, 2003)

Sumber : Miracle The Reference, Khazanah Pengetahuan, Halaman : 6

Anda perlu login untuk dapat memberikan komentar. Login Sekarang
Komentar
Belum ada komentar
Hubungi Kami