Menahan Diri dari Kemunafikan

“Atau seperti (orang yang ditimpa)
hujan lebat dari langit, yang disertai kegelapan, petir, dan kilat. Mereka
menyumpat telinga dengan jari-jarinya, (menghindari) suara petir itu karena
takut mati. Allah meliputi orang-orang yang kafir.”
(QS. Al-Baqarah, 2 : 19)
Seseorang yang memiliki sifat
munafik adalah orang yang bermuka dua dan orang yang sombong. Dengan kehendak
Allah, mukmin sejati akan mampu mengetahui tabiat seperti itu. Kenyataan
menjelaskan bahwa para rasul Allah diberi pengetahuan yang ditanamkan dalam
diri mereka oleh Allah. Mereka mampu mengenali dan mengetahui orang-orang
munafik yang menyembunyikan apa yang sebenarnya dipikirkan dengan bersikap
munafik serta menampilkan jati diri yang berbeda dari yang sebenarnya.
Orang-orang munafik menunjukkan
kemampuan bicara dan penampilannya. Meskipun orang-orang seperti ini tidak
dapat dikenali oleh mukmin sejati, Allah mengetahui kepura-puraan dan
ketidaktulusannya. Dia Maha Mendengar setiap ucapan dan kata-kata dan Dia Maha
Melihat setiap tingkah lakunya. Allah menjelaskan pengetahuan-Nya ini dalam firman-Nya.
Oleh karena itulah, seseorang
seharusnya tidak mendengarkan hasutan nafsunya. Ia seharusnya menyucikan diri
dari segala macam sifat dan pemikiran yang mengarah pada kemunafikan untuk
memperoleh keikhlasan. (Harun Yahya, Keikhlasan dalam Telaah Al-Qur’an,
2003)
Sumber : Miracle The Reference, Khazanah
Pengetahuan, Halaman : 6